Gotong Royong Cegah Stunting di Maluku, Desa dan Komunitas Jadi Kunci

oleh -46 Dilihat
oleh

AMBON, MPNews.com – Upaya penurunan stunting di Maluku masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di provinsi ini mencapai 28,4 persen, jauh lebih tinggi dari target nasional 18,8 persen pada 2025. Beberapa daerah seperti Buru Selatan, Kepulauan Aru, dan Seram Bagian Timur mencatat angka stunting tertinggi, sementara Kota Ambon relatif lebih rendah, namun tetap memerlukan perhatian serius.

Menjawab kondisi ini, Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku menggelar Gebyar Minilokakarya Stunting 2025 secara serentak di kabupaten/kota pada Rabu (24/9/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Pekan Pendampingan Keluarga Risiko Stunting (KRS) yang digelar untuk memperkuat peran desa dan kecamatan dalam percepatan penurunan stunting.

Kegiatan ini menghadirkan camat, kepala puskesmas, penyuluh KB/PLKB, Tim Pendamping Keluarga (TPK), kader, dan masyarakat sebagai forum bersama mencari solusi di tingkat kecamatan dan desa.

Dalam sambutan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku, dr. Mauliwaty Bulo, M.Si, yang dibacakan oleh Sekretaris Perwakilan, Mincie Ubro, M.Si, ditegaskan bahwa penanganan stunting tidak cukup hanya dengan kebijakan di atas, tetapi membutuhkan aksi nyata di lapangan.

“Keberhasilan upaya penurunan stunting tidak hanya bergantung pada program, tetapi juga pada aksi nyata kita semua,” ujarnya.

Lebih jauh, ia mengajak semua pihak untuk bergerak bersama. “Saya mengajak seluruh peserta agar tidak hanya menjadi bagian dari acara hari ini, tetapi juga menjadi pelaku utama dengan langkah konkret—mulai dari pendataan keluarga berisiko, edukasi gizi, sampai menggerakkan posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB),” kata Mauliwaty.

Kemendukbangga/BKKBN menekankan pentingnya peran desa dan komunitas sebagai kunci pencegahan stunting. Selain itu, inovasi lokal seperti GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) disebut sebagai contoh nyata gotong royong masyarakat untuk membantu keluarga miskin dan rentan.

“Dengan koordinasi lintas sektor yang solid, kita ingin memastikan intervensi gizi, kesehatan ibu dan anak, sanitasi, serta edukasi dapat berjalan tepat sasaran,” tambahnya.

Gotong royong lintas sektor ini diharapkan mampu membuka jalan bagi anak-anak Maluku untuk tumbuh sehat, bebas dari stunting, dan siap menjadi generasi emas di masa depan. (**)